Kamis, 01 Desember 2011

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Ca Mamae

A. Konsep Dasar Medik
1. Defenisi
a. Neoplasma: kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (dr. Achmad Tjarta, pathologi, 1973).
b. Kanker adalah : Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal (Marilynn E. Doenges, Rencana Askep, 1993)
c. Cancer : Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan malignan dalam setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. Sedangkan Carsinoma adalah pertumbuhan kanker pada jaringan epitel. (Sue Hinchliff, kamus Keperawatan, 1997).
d. Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara atau salah satu payudara (Rosa Mariono, MA, Standart asuha Keperawatan St. Carolus, 2000)
2. Bermacam-macam bentuk tumor :
Perbedaan antara tumor ganas dan tumor jinak
Tumor ganas Tumor jinak
– Tumor infiltratif. Tumbuk berkembang menyerbuk kedalam jaringan sehat disekitarnya, menyerupai jari-jari kepiting (cancer). Sukar digerakan dari dasarnya. – Tumbuh ekspansif.
Mendesak jaringan sehat sekitarnya dan jaringan sehat yang terdesak membentuk simpai/kapsel.
Mudah digerakan dari dasarnya.
– Residif (kambuh) dengan bedah/therapi sinar dapat kambuh lagi karena ada sel-sel yang tertinggal. – Karena bersimpai, maka mudah di keluarkan seluruhnya
– Terjadi metastase melalui :
pembuluh darah: Hematogen
Pembuluh limfe : limfogen – Tidak terjadi metastase
– Tumbuh cepat
Klinis : Tumor cepat membesar
Mikroskopik :
Mitosis bipolar (normal)
Mitosis (abnormal)
Satu sel dapat menjadi 3 atau 4 anak sel – Tumbuh lambat
Klinis : Tidak cepat membesar
Mikroskopik :
Mitosis bipolar (normal)
Satu sel membelah menjdi 2 anak sel.
– Kehilangan polaritas letak sel yang satu terhadap yang lain tidak teratur lagi. – Tidak ditemukan “Loss of polarity”
– Jika tidak diobati, penderita bisa meninggal. – Biasanya tidak mengakibatkan kematian bila tidak terletak pada alat tubuh yang vital.
3. Tipe-tipe kanker payudara
a. Paget’s disease adalah
Bentuk kanker yang dalam taraf permulaan manifestasinya sebagai ezema menahun dari puting susu, yang biasanya merah dan menebal. Suatu tumor subareoler bisa teraba. Paget’s disease mempunyai prognosis lebih baik. Sebenarnya penyakit ini adalah suatu kanker intraduktal yang tumbuh dibagian terminal dari duktus laktiferus. Secara patologik cicir-cirinya ialah: sel-sel paget (seperti pasir), hipertrofi sel epedermoi, infiltrasi sel-sel bunder di bawah epidermis. Paget’s disease sangat jarang terdapat di negeri kita ini.
b. Kanker duktus laktiferus
Non infiltrating papillary karsinoma bisa berbentuk dalam tiap duktus laktiferus dari yang terbesar sampai yang sekecil-kecilnya. Kadang-kadang sulit sekali dibedakan dari papilloma.
c. Comedo carsinoma
Terdiri dari sel-sel kanker non papillry dan intraduktal, seing dengan nekrosis sentral, sehingga pada permukaan potongan terlihat seperti isi kelenjar. Jarang sekali comedo carsinoma terbatas pada saluran saja; biasanya mengadkan infiltrasi ke sekitarnya, menjadi infiltrating comedo carsinoma.
d. Adenokarsinoma dengan infiltrasi dan fibrosis. Ini aadlah kanker payudara yang lazim ditemukan . 75% dari kanker payudara adalah tipe ini; oleh karena banyak fibrosis, dia umumnya agak besar dan keras. Juga disebut kanker tipe scirrbus; tumor mengadakan infiltrasi ke kulit dan ke dasar, yaitu fascia.
e. Medullary carsinoma.
Tumor ini biasanya sangat dalam di dalam mamma, biasanya tidak seberapa keras, dan kadang-kadang disertai kista-kista dan mempunyai kapsul. Tumor ini kurang infiltratif dibanding dengan tipe scirrbus tadi dan metastasis ketiak sangat lama. Maka prognosis tumor ini lebih baik daripada tipe-tipe lain yang disebut diatas.
f. Kanker dari lobulus.
Ini yang timbul sering sebagai carsinoma in situ dengan lobulus yang membesar. Secara mikroskopik, kelihatan lobulus atau kumpulan lobulus dengan berisi kelompok sel-sel asinus dengan beberapa mitosis. Kalau mengadakan infiltrasi, hmpir tidak dapat dibedakan dari tipe scirrbus.
g. Mastitis karsinoma
Suatu penyakit yangsangat ganas dan sangat cepat jalannya. Penyakit ini dapat timbul pada waktu menyusui, akan tetapi juga di luar waktu tersebut. Dapat kita ketahui bahwa operasi akan mengakibatkan penyebaran yang sangat cepat dan kematian. Pendapat umum ialah mastitis karsinomatosa dibiopsi dan diradiasi saja dengan atau tanpa hormon.
4. Klasifiksi kanker menurut type jaringan :
a. Limfoma : Kanker dari organ perlawanan infeksi.
b. Leukemia : Kanker dari organ pembentukan darah.
c. Sarkoma : Kanker dari tulang, otot, jaringan penyambung.
d. Karsinoma : Kanker dari sel epitel.
5. Anatomi dan fisiologi
Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai mencapai tahap pubertas dimana payudara wanita mengalami perkembangan.
Perkembangan payudara dipengaruhi oleh adanya hormon estrogen dan hormon lain, terjadi sekitar usia 10 tahun dan terus berkembang sampai sekitar usia 16 tahun.
Adapun tahap perubahan payudara menurut (Tanner) adalah sebagai berikut :
a. Tahap 1 : Payudara pra pubertas.
b. Tahap 2 : Penonjolan payudara sebagi tanda pertama pubertas wanita.
c. Tahap 3 : Pembesaran lebih lanjut jaringan payudara dan areola.
d. Tahap 4 : Puting dan areola membentuk tonjolan kedua di atas jaringan payudara.
e. Tahap 5 : Payudara yang lebih besar dengan kontur tunggal
Payudara pada wanita dewasa terletak diantara iga ke-2 samapi iga ke-6 (vertikal) dan antara sternum sampai linea mid axilaris (secara horizontal). Adapun berat payudara tiap-tiap orang berbeda, pada wanita yang tidak sedang menyusui berat payudara antara 150-250 gr, sedangkan pada wanita yang sedang menyusui berat payudara dapat mencapai 400-500 gr.
Bentuk payudara cembung ke depan dengan puting di tengahnya yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil yang berwarna tua. Puting dilingkari oleh daerah berwarna coklat yang disebut areola. Didekat dasar puing terdapat kelenjar sebaseus, yaitu kelenjar montgomery yang mengeluarkan zat lemak sehingga puting tetap lemas. Puting berlubang antara 15-20 buah yang merupakan saluran dari kelenjar susu.
Struktur dasar payudara terdiri dari jarigan fibrosa dan lapisan lemak. Jaringan fibrosa akan mengikat lobus-lobus yng dipisahkan oleh jaringan lemak yang ada. Lobus-lobus yang ada berjumlah 12-20 buah. Setiap lobus terdiri atas sekelompok alveolus yang bermuara ke dalam ductus lactiferus (saluran air susu) yang bergabung dengan duktus lainnya sehingga terbentuk saluran yang lebih besar dan berakhir dalam saluran sekretorik. Ketika saluran ini mendekati puting, kanker akan membesar dan membentuk wadah penampungan air susu yang disebut sinus lactiferus, kemudian saluran akan menyempit lagi dan menembus puting sehingga akhirnya bermuara di atas permukaannya.
Jaringan payudara terdapat diatas otot pektoralis mayor dari sternum menuju linea mid clavicularis, masing-masing meluas ke axilla, suatu area jaringan payudara yang disebut tail of spence. Terdapat pula ligamen cooper yang merupakan pita fasia yang menyangga payudara pada dinding dada.
Adapun sekitar 85% jaringan payudara adalah lemak.
Adapun fungsi dari payudara adalah sebagai organ untuk laktasi yang dipengaruhi hormon prolakin dan corticotropin.
Laktasi dapat tejadi karena adanya persepsi subjektif dari ibu dan stimulasi dari isapan oleh bayi. Isapan dapat merangsang pengeluaran oxitosin dari kelenjar pituitary yang terletak dilobus anterior kelenjar hipofisis yang dialirkan melalui aliran darah.
6. Etiologi
Penyebab pasti tidak diketahui, adapaun fakto-faktor resiko dari kanker mammae antara lain :
a. Jenis kelamin.
Wanita lebih sering terkena dibandingkan laki-laki. Di Amerika serikat, kanker payudara berjumlah 30% dari semua kanker invansive pada wanita dan kurang dari 1% dari kanker yang ditemukan pada pria.
b. Usia
Sebagian besar kanker mammae ditemukan pada wanita berusia 40 tahun keatas, namun lebih banyak ditemukan pada wanita setelah berusia 50 tahun.
c. Riwayat kanker sebelumnya, terutama kanker payudara atau tumor payudara.
Wanita yang mempunyai tumor payudara yang disertai perubahan epitel proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara.
Sedangkan pada wanita mempunyai riwayat kanker mammae beresiko terjadi kanker mammae pada payudara di sebelahnya sebanyak 2 kali-4 kali kemungkinan terkena kanker.
d. Riwayat keluarga dengan kanker mammae dan genetik.
Resiko meningkat 2 kali- 4 kali. Jika salah satu anggota keluarga dekat kanker. Resiko akan meningkat > 4 kali jika ada 2 orang anggota keluarga dekat yang mengidap kanker.
e. Riwayat menstruasi
Resiko payudara meningkat pada wanita yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun dan mengalami menopause setelah 50 tahun.
Hal ini dapat dikarenakan total waktu dimana seseorang terekspose estrogen dan progesteron pada payudaranya disertai dengan perkembangan sel dan perubahan jaringan payudara pada setiap siklus ovulasi.
Bilateral Oophorectany (pengangkatan ovarium) diperkirakan dapat memperkecil resiko kanker payudara dibandingkan menopause setelah 50 tahun.
f. Riwayat reproduksi .
Keaadaan dimana anak pertama lahir setelah ibu berusia 30 tahun dapat menjadi faktor resiko terjadi kanker payudara.
Beberapa studi juga menyebutkan bahwa lamanya ibu memberikan ASI pada anaknya dapat menurunkan resiko kanker payudara.
Wanita yang tidak mempunyai anak juga beresiko untuk terkena kanker payudara (Nulliparity)
g. Obesitas dan diit tinggi lemak
Obesitas juga menunjukan peningkatan resiko kanker payudara pada wanita post menopause.
Diperkirakan wanita dengan obesitas mengalami peningkatan sirkulasi estrogen yang dapat mengakibatkan sel kanker mengalami ketergantungan hormon.
Selain itu, obesitas dapat menghambat diagnosa dari penyakit kanker payudara sehingga diagnosa pada wanita dengan obesitas cenderung lebih lambat.
h. Paparan radiasi
Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah pubertas dan sebelum usia 30 tahun beresiko meningkatkan kemungkinan terkena kanker payudara sampai 2 kali lipat.
Pada saat berusia 10-14 tahun, jaringan-jaringan pada payudara sangat sensitif sehinga efek pengrusakan dari radiasi meningkat.
i. Penggunaan hormon dari luar tubuh.
Hal ini meliputi penggunaan kontrasepsi oral maupun penggunaan therapi pengganti hormon estrogen. Hal ini turut di pengaruhi oleh usia saat mulai menggunakan therapi, lama penggunaan dan dosis yang digunakan. Beberapa studi menunjukan bahwa ada peningkatan resiko terhadap kanker payudara saat hormon progestin diberi tambahan hormon estrogen maupun saat seseorang menggunakan therapi jangkan panjang (lebih dri 5 tahun)
j. Penggunaan alkohol
Beberapa studi menyebutkan adanya peningkatan resiko terhadap kanker payudara pada orang yang mengkonsumsi alkohol walau hanya 1 kali minum dalam sehari. Hal ini juga dipengaruhi oleh usia seseorang saat mengkonsumsi alkohol, yang dikonsumsi, lamanya orang tersebut mengkonsumsi alkohol maupun tipe alkohol yang dikonsumsi.
Adapun teori yang menyebutkan bahwa alkohol yang dikonsumsi saat premenopause dapat menyebabkan injuri pada jaringan payudara.
Teori lain menyebutkan bahwa metabolisme alkohol dan kadar estrogen dapat menstimulasi pertumbuhan sel kanker.
k. Faktor lainnya :
0) Tingkat ekonomi.
Tingkat ekonomi tinggi dapat dihubungkan dengan peningkatan resiko kanker.
Sedangkan tingkat ekonomi rendah dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh kanker.
1) Etnis.
Wanita dengan kulit putih mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara sedangkan wanita kulit hitam resikonya lebih kecil.
2) Merokok, stress, diagnosa psikiatri, kurang aktivitas, penggunaan protese pada mammae, coffein.
Hal-hal tersebut diatas dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
7. Patofisiologi
Sel tubuh yang normal mengalami degenerasi yang didukung oleh adanya faktor – faktor karsinogenik seperti peningkatan paparan hormon estrogen dalam tubuh (menarche kurang dari 12 tahun, menopause lebih dari 50 tahun, penggunaan therapi estrogen, penggunaan kontrasepsi oral), zat-za kimia radioaktif maupun adanya riwayat keluarga dengan kanker (genetik).
Sel yang bergenerasi tesebut mengalami perubahan struktur dan fungsinya, dapat menjadi sel yang ganas maupun sel yang jinak (tumor). Sel-selyang ganas tersebutlah yang dinamakan kanker dengan ciri khas bahwa sel tersebut berkembang lebih cepat dibanding sel normal maupun sel abnormal yang jinak. Ciri khas lain dari kanker adalah ia dapat bermetastase melalui aliran darah maupun aliran limfe kejaringan-jaringan lain disekitarnya seperti : paru, hepar, tulang, ovarium bahkan dapat sampai ke otak.
Metastase juga dapat juga terjadi melalui transplantasi langsung maupun rongga permukaan tubuh.
8. Perjalanan metastase.
Stadium-stadium kanker :
a. Kalsifiksi TNM dari Ca mammae :
Tumor :
Tis Tumor sebelum invasi tanpa infiltrasi intra duktuel atau paget’s disease dari puting susu tanpa tumor.
T1. Tumor berdiameter 2 cm atau kurang.
T2. Tumor berdiameter 2-5 cm.
T3. Tumor berdiameter lebih dari 5 cm.
T4 Tumor dengan infiltrasi kedinding thorax atau kulit.
Nodus limfe regional.
N0. Tidak teraba kelenjar limfe diketiak.
N1. Teraba di ketiak homolateral adanya kelenjar limfe yang dapat digerakkan
N2. Kelenjar limfe homolateral berlekatan satu sama lain atau melekat ke jaringan sekitarnya
N3. Kelenjar limfe infraklavikular dan supraklavikular homolateral
Metastase / anak sebar.
M0. Tidak ada metastase jauh.
M1. Tidak ada metasase ditambah infiltrasi kulit sekitar payudara.
b. Stadium O Tis N0 M0
Carsinoma in situ.
I. T1 N0 M0.
Tumor kurang dari 2 cm tanpa nodus
II.A. T0-N1 M0, T1 N1M0, T2 N0M0.
Tumor 0-2 cm dengan nodus atau. Ukuran 2-5 cm tanpa nodus.
II.B. T2N1M0, T3N0M0
Tumor 2-5 cm dengan nodus atau lebih dari 5 cm tanpa nodus.
III.A. T0N2M0, T1N2M0, T2N2M0,T3N1M0, T3N2M0
Tumor kurang dari 2 cm dengan nodus limfe yang terfiksasi atau tumor lebih dari 5 cm dengan ndus terfiksasi/tidak tefiksasi.
Stadium IV T…N…M1
Semua tumor yang metastase
Perjalanan metastase tumor
9. Tanda dan gejala
a. Teraba massa atau benjolan di mammae, mayoritas ditemukan di kuadran atas terluar dari payudara, sebagian besar terjadi pada payudara sebelah kiri.
b. Lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras.
c. Batas benjolan tidak teratur.
d. Nyeri pada kanker payudara dapat ditemukan pada kasus yang lebih lanjut.
e. Tampak dimpling atau peau d’orange pada kulit payudara, dimana kulit tampak kerut seperti kulit jeruk.
f. Retraksi puting susu.
g. Metastase ke kulit dapat di manifestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi.
h. Kulit berwarna merah, agak gelap, kadang edema.
i. Koping : menyangkal.
j. Pembesaran kelenjar getah bening setempat
10. Pemeriksaan diagnostik
a. BSE (Breast Self Examination)
Pemeriksaan payudara sendiri oleh orang yang bersangkutan. Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-5 sampai hari ke-10 menstruasi. Sebaliknya pemeriksaan ini dilakukan setiap bulan setelah berusia 20 tahun.
b. CBE (Clinical Breast Examination)
Pemeriksaan payudara oleh perawat yang sudah terlatih. Dilakukan setiap 3 tahun sekali untuk usia 20 tahun sampai 39 tahun dan dilakukan lebih sering bila sudah berusia 40 tahun atau lebih.
c. Mammographi.
Sebaiknya dilakukan setiap tahun bila sudah berusia 40 tahun atau lebih.
Dengan foto rontgen mammography dapat di temukan adanya benjolan berukuran 1 mm.
d. Xeromammography
Pemotretan jaringan payudara dengan kontras dan sedikit dosis rendah.
e. Ultrasound
Perpaduan antara mammography dan ultrasound dapat membedakan cairan yang mengisi massa yang ada.
f. FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsi)
Dengan cara mengaspirasi jaringan massa dengan menggunakan syringe dan jarum 21-23. Hasil aspirasi diletakan di objek glass dan diperiksa di laboratorium.
g. Core needle biopsi
Pengambilan jaringan inti dari masa, biasanya digunakan anastesi lokal karena cenderung lebih berdarah dan lebih nyeri daripada FNAB.
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kanker in situ dan kanker invasif.
h. Pemeriksaan darah : CEA, Ca 15-3 dan Ca 27.29.
Terjadi peningkatan CEA (lebih dari 5) dan peningkatan Ca 15-3, Ca 27. 29.
Kadar Ca 15-3 dan Ca 27.29 tidak akan mengalami peningkatan pada klien yang merokok.
11. Penatalaksanaan medik
a. Pembedahan.
1) Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor.
Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
2) Mastectomy total.
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.
3) Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat.
Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
4) Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
5) Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.
b. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal.
Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.
c. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.
Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.
12. Komplikasi
a. Metastase
Terjadi penyebaran sel kanker kejaringan sekitarnya seperti paru-paru, hepar, ovarium, tulang maupun otak.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemiliharaan kesehatan.
1) Riwayat keluarga dengan kanker.
2) Terpapar radiasi berlebih.
3) Riwayat kanker rahim, kanker ovarium, kanker colon.
4) Penggunaan alkohol.
5) Rutin melakukan chek up, sarasi.
b. Pola nutrisi metabolik
1) Diit tinggi lemak.
2) Penurunan nafsu makan.
3) Muntah-muntah.
4) Penurunan berat badan.
5) Edema, ascites.
6) Obesitas.
c. Pola eliminasi.
1) Darah pada feses/urine.
2) Nyeri saat defekasi/berkemih.
3) Konstipasi/diare.
4) Distensi abdomen.
d. Pola aktivitas-latihan.
1) Kelelahan.
2) Aktivitas terbatas karena nyeri.
e. Pola tidur-isirahat.
1) Gangguan tidur karena nyeri.
f. Pola persepsi.
1) Nyeri.
2) Ketidaktahuan tentang proses penyakit.
3) Ansietas/ketakutan.
4) Rasa terbakar, gatas pada tulang.
5) Pola persepsi-konsep diri.
6) Malu, tidak percaya diri karena :
7) Lesi seperti cacat. 8) Jaringan peau d’orange pada payudara.
9) Scan pada post operasi.
10) Alopesia.
g. Pola peran-hubungan sesama.
1) Gangguan dalam melakukan perannya.
2) Gangguan dalam interaksi sosial.
h. Pola reproduksi-seksual.
1) Menarche sebelum 12 tahun.
2) Menopause setelah 50 tahun.
3) Therapi hormon.
4) Anak pertama lahir setelah 30 tahun.
5) Tidak memiliki anak.
6) Kontrasepsi oral.
i. Pola koping-toleransi terhadap stress.
1) Stress berlebih.
2) Cara mngatasi stress : minum alkohol, rokok.
3) Denial terhadap penyakit, putus asa.
4) Menarik diri.
j. Pola nilai kepercayaan.
1) Mempersalahkan Tuhan.
2) Lebih mendekatkan diri dengan Tuhan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan harga diri b.d. kecacatan bedah, efek samping khemotherapi, ragu mengenai penerimaan orang lain.
b. Ketakutan b.d. Krisis situasi : Hospitalisasi, ketidak pastian hasil rasa tidak, berdaya, putus asa, kurang pengethuan tentang kanker dan pengobatan.
c. Nyeri b.d. proses penyakit : destrukrif jaringan saraf, obstruksi jaras saraf, inflamasi.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. status hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekuensi kemnotherapi, radiasi : mual-muntah, anoreksia.
e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integrits kulit/jaringan b.d. efek radiasi dan kemotherapi, penurunan imunologi.
3. Rencana Keperawatan
a. Gangguan harga diri b.d. kecacatan bedah, efek samping khemotherapi, ragu mengenai penerimaan orang lain.
HYD : Klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, mengembangkan koping yang efektif, ditandai dengan :
1) Partisipasi aktif dalam hubungan personal yang tepat.
2) Penggunaan koping yang tepat
Selama proses perawatan.
Rencana tindakan Rasional
1. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaanya, khususnya mengenai cara ia memandang dirinya.
2. Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah yang ia alami, penanganan perawatan yang sesuai.
3. Kaji ada tidaknya dukungan dari keluarga.
4. Anjurkan klein untuk mengikuti kelompok dengan penyakit kanker payudara.  Mengetahui bagaimana individu memandangi dirinya (konsep diri)
 Klien dapat peduli dengan dirirnya.
 Mengetahui apakah dukungan dari keluarga cukup membantu.
 Klien dapat menemukan wadah yang tepat untuk berbagai pengalaman.
b. Ketakutan b.d. Krisis situasi : Hospitalisasi, ketidak pastian hasil rasa tidak, berdaya, putus asa, kurang pengethuan tentang kanker dan pengobatan
HYD : Klien dapat mengurangi ketakutan yang ia alami sesuai dengan mekanisme koping yang tepat dan dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan yang ditandai dengan :
1) Dapat mengungkapkan perasaan.
2) Aktif dalam program pengobatan.
3) Klien tanpak rileks
Selama proses perawatan.
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji ulang tentang pemahaman kelurga-klien tentang kanker.
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
3. Dorong klien untuk ungkapkan pikiran-perasaan.
4. Lakukan kontak sering mungkin dengan klien.
5. Waspadai gejala interaksi soial buruk, menarik diri, marah, percobaan bunuh diri.
6. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
7. Libatkan keluarga, orang terdekat dengan klien : Juga dalam hal mengambil keputusan utama.
8. Berikan penjelaan ulang mengenai therapi, tujuan, prosedur, efek samping setelah dokter menjelaskan.
9. Beri support spiritual doa
 Memperbaiki konsep yang salah tentang kanker.
 Mengidentifikasi rasa takut.
 Klien dapat mengungkapkan apa saja yang ia rasakan tanpa merasa ditolak.
 Klien tidak merasa ditinggalkan.
 Informasi yang adequat dapat mengurangi kecemasan/ketakutan pada klien.
 Putus asa, perasaan bersalah, stres yang tinggi dengan koping yang tidak efektif dapat mengakibatkan muncul ide untuk bunuh diri.
 Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang solid, klien tidak merasa terisolasi.
 Untuk mengurangi kecemasan.
 Doa dapat memberi ketenangan
1) Nyeri b.d. proses penyakit : destrukrif jaringan saraf, obstruksi jaras saraf, inflamasi.
HYD : Nyeri berkurang atau hilang ditandai dengan :
1) Keluhan nyeri berkurang-hilang.
2) Klien tanpak rileks.
Selama proses perawatan.
Rencana tindakan Rasional
1. Kaji lokasi, intensitas frekuesi, durasi.
2. Beri posisi yang nyaman.
3. Kaji koping yang digunakan klien untuk mengurangi nyeri dan hasilnya.
4. Anjurkan klien cara mengurangi nyeri dengan :
– Nafas dalam.
– Visualisasi, bimbingan imajinatif seperti menghitung jumlah benda yang ada, menghitung dalam hati, dan sebagainya.
5. Kolaborasi untuk pemberian analgetik  Sebagai data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan intervensi .
 Mengurangi nyeri.
 Mengetahui apa saja yangsudah di coba oleh klien untuk mengurangi nyeri dan keefektifannya.
 Mengurangi nyeri dengan menurunkan ketegangan pada klien.
 Sebagai obat pengurang rasa sakit.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. status hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekuensi kemnotherapi, radiasi : mual-muntah, anoreksia.
HYD : Tidak terjadi kekurangan nutrisi yang ditandai dengan :
1) Hb : 12-18 mg/dl.
2) Tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan.
Selama proses perawat.
Rencana tindakan Rasional
– Pantau masukan makanan setiap hari.
– Ukur tinggi badan, berat badan, lipatan kuli bisep-trisep.
– Dorong klien untuk makan diit TKTP dengan asupan cairan yang adequat.
– Sajikan makanan porsi kecil tapi sering.
– Beri snack sebagai pengganti makan bila klien tidak mau makan.
– Perhatikan faktor lingkungan: bau, bising.
– Kaji hasil laboratorium : Hemoglobin, dll.
– Dorong keluarga untuk membawa makanan yang di sukai, ciptakan suasana makan yang menyenangkan, misal dengan makan bersama  Mengetahui jumlah masakan yang dimakan oleh klien.
 Mengetahui apakah terjadi penurunan berat badan.
 Untuk mengimbangi peningkatan metabolik sel.
 Mengurangi rasa mual.
 Untuk memenuhi asupan yang dibutuhkan walaupun tidak maksimal.
 Lingkungan yang bau dan bising dapat menurunkan nafsu makan.
 Mengetahui apakah klien mengalami penurunan jumlah asupan nutrisi.
 Meningkatkan nafsu makan.
e. Resiko tinggi terhadap kerusakan integrits kulit/jaringan b.d. efek radiasi dan kemotherapi, penurunan imunologi.
HYD : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit yang ditandai oleh :
1) Membran mukosa utuh.
Rencana tindakan Rasional
1. Kaji kondisi kulit :
2. Warna,suhu, kelenturan, gatal-gatal, turgor kulit.
3. Perhatikan adanya kerusakan/ perlambatan penyembuhan luka akibat radiasi :
4. Kulit samak, deskuamasi kering/lembab, ulserasi, ruam alergi, hiperpigmentasi, alopesia.
5. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
6. Anjurkan klien untuk tidak menggunakan krim kulit, salep, bedak kecuali di izinkan dokter.
7. Anjurkan klien untuk tidak menghapus tanda/tatto yang ada sebagai identifikasi area radiasi.
8. Anjurkan mengenakan pakaian yang lembut dan longgar.
9. Untuk kemotherapi :
10. Kaji lokasi pemasangan vena : gatal, nyeri tekan, rasa terbakar, ulserasi/nekrose jaringan.
11. Segera cuci kulit dengan sabun dan air bila agen antineoplastik tercecer pada kulit yang tidak terlindungi.
 Mengetahui kondisi kulit.
 Untuk mengetahui intervensi yang akan dilakukan kemudian.
 Mempertahan kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit.
 Dapat meningkatkan iritasi, reaksi secara nyata.
 Dapat mempengaruhi proses pemberian radiasi.
 Dengan pengobatan, kulit menjadi sensitif sehingga semua iritasi harus dihindari.
 Bila terjadi tanda-tanda tersebut, maka segera lapor dokter untuk menghentikan intervensi medis dari agen antineoplastik.
 Mengencerkan obat untuk menurunkan resiko iritasi kulit (kulit bakar kimia)
Daftar Pustaka
Doengoes, Marilyn, E (2000) Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3, EGC, Jakarta
Pearse evelyn C, 2002, Anatomi Fisiologi untuk Paramedis PT Gramedia Jakarta
Mansjoer Arif M. ( 2000 ). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media Aeusculapius.
Robbins Stanley L. ( 1995 ). Buku Ajar Patologi II. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga : EGC.
Sjamsuhidayat R.W. et . al. ( 1998 ). Buku Ajar ILmu Bedah. Edisi Revisi. Jakarta : EGC.
Sabition, David C. ( 1994 ) .Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.
Tamba Yong Jan. ( 2000 ). Patofisilogi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.